Celeron pertama kali diluncurkan tahun 1997 sebagai respon Intel atas kebutuhan akan komputasi ringan sehari-hari seperti di kantor atau rumah. Setelah generasi Pentium MMX berakhir pada clock 233 MHz, Intel akhirnya memutuskan untuk menggolongkan jajaran prosesornya menjadi dua mainstream, yaitu kelas performance dan kelas budget/value. Kelas performance dinamai Pentium II yang ditargetkan bagi pengguna kelas berat seperti pecinta game, dan Celeron diposisikan untuk mengisi kelas value dengan spesifikasi yang lebih rendah namun dengan harga yang lebih murah. Namun awal kehadiran Celeron cukup mengecewakan dengan spesifikasi yang terbilang amat rendah, contohnya prosesor Celeron pertama dari Intel yang bernama Covington yang bekerja dengan clock 266 MHz dan tidak dilengkapi L2 cache memory.
Seiring berkembangnya teknologi prosesor, Intel kemudian meluncurkan generasi baru Celeron dengan L2 cache memory yang bernama Mendocino yang bekerja di clock 300 MHz dan FSB 66 MHz. Kecepatan dari Mendocino terus ditingkatkan berturut-turut menjadi 333, 366, 400, 433, 466, 500, dan 533 MHz. Namun kinerja dari Celeron generasi awal ini tetap rendah akibat penggunaan FSB 66 MHz yang mengakibatkan bottle neck dan seiring dengan diluncurkannya Pentium III pada tahun 2000 lalu, Intel meluncurkan Celeron baru bernama Coppermine.
Coppermine yang menjadi Celeron generasi II ini memiliki format soket 370 dengan kecepatan clock 533 MHz dan diteruskan menjadi 566, 600, 633, 666, 700, 733, dan 766 MHz. Saat peluncuran Celeron 800 MHz, Intel memutuskan untuk menaikkan FSB menjadi 100 MHz sehingga performanya meningkat tajam. Generasi ini berlanjut dengan kecepatan 800, 850, 900, 950, 1.000, hingga 1.100 MHz. Generasi ini akhirnya digantikan dengan generasi baru bernama Tualatin pada tahun 2002 yang seluruhnya dengan FSB 100 MHz dan 256 kB of L2 cache (dimana saat itu Pentium III bekerja dengan 256 kB /512 kB L2 cache). Tualatin bekerja pada kecepatan 1.2 GHz dan diteruskan dengan 1.3 dan 1.4 GHz. Namun jika dilakukan perbandingan dengan pesaingnya AMD Duron, kinerja Tualatin saat itu masih juga tertinggal jauh.
Sebagai pendamping Pentium 4, Intel meluncurkan Celeron baru bernama Willamette dengan soket 478 berkecepatan 1,7 GHz dan dilengkapi 256 kB L2 cache. Seiring dengan migrasi arsitektur prosesor ke level yang lebih kecil, Intel merubah arsitektur Celeron ke 130nm dan mengganti namanya menjadi Northwood berkecepatan 2 GHz. Sampai sejauh ini Intel telah melakukan revolusi cukup besar dalam meningkatkan kinerja Celeron.
Belum puas sampai disitu, lagi-lagi Intel mengejutkan pasar dengan meluncurkan Celeron D (Prescott) untuk mendampingi Pentium D (dual core), dengan soket baru LGA775 berarsitektur 90nm dan dilengkapi dengan L2 cache 256 kB dan FSB 533 MHz. (Catatan, kode huruf D pada Celeron D hanya menandakan generasi Celeron ini berbarengan dengan Pentium D, bukan berarti Celeron D menggunakan dual core.) Generasi Celeron D disempurnakan menjadi seri Cedar Mill dengan meningkatkan L2 cache menjadi 512 kB, menggunakan arsitektur 65nm dan fasilitas 64-bit support (EM64T). Dengan penyempurnaan ini kinerja Celeron telah meningkat pesat dan yang terpenting suhu kerjanya turun berkat arsitektur baru.
Sampai disini Celeron berhasil menunjukkan kelasnya dan membuktikan bahwa prosesor murah tidak selalu berkinerja rendah. Namun tunggu dulu, penggunaan FSB 533 MHz masih terasa kuno untuk saat ini, apalagi saudara kandung Celeron yaitu pentium 4 telah digantikan dengan generasi baru bernama Intel Core (yang kini telah dikembangkan menjadi Core2 Duo dan Core 2 Extreme). Akhirnya Intel meluncurkan Celeron berbasis arsitektur Conroe-L namun dengan inti tunggal yang mengusung FSB 800 MHz, level 2 cache 512 kB hingga 1 MB dan proses manufaktur 65nm. Seperti prosesor Intel dengan inti Conroe lainnya, angka clock yang dipakai tidak lagi tinggi namun kinerjanya melampaui ‘kakak-kakaknya’ yang memiliki clock tinggi. Demikian juga dengan Celeron terakhir ini yang diberi kode 4xx dan 5xx, meski bekerja dengan clock 1.6 GHz hingga 2 GHz namun secara umum kinerjanya sanggup mendekati pentium 4 generasi awal.
Di tahun 2008 tren akan komputasi multitasking begitu dominan dan Intel akhirnya memutuskan meluncurkan generasi Celeron dengan inti ganda pertamanya yang bernama E12oo berarsitektur Conroe-L 65nm dengan kecepatan 1,6 GHz, FSB 800 MHz dan cache L2 512 kB. Ini akan menjadi tonggak sejarah kelahiran Celeron Dual-Core dan dapat menjadi solusi prosesor murah meriah namun tetap ‘kencang’. Kedepannya, Intel berencana akan meluncurkan varian lain dari seri Celeron Dual-Core ini, yaitu E1400 (2 GHz) dan E1600 (2,4 GHz) pada pertengahan tahun 2008. Dengan spesifikasi seperti ini prosesor Intel Celeron tidak lagi akan dipandang sebelah mata oleh para pengguna komputer. Kinerja tinggi, temperatur rendah dan harga terjangkau menjadi pilihan tepat bagi mereka yang dananya terbatas namun menginginkan komputer dengan kemampuan baik.
Intel Celeron dengan inti tunggal sudah tidak kompetitif dan diakhiri oleh Intel hingga generasi Celeron D. Produk terakhirnya adalah Celeron D 420 dengan clock 1.6 GHz yang sudah memakai FSB 800 MHz. Diatas kertas tidak ada yang salah dengan Celeron D ini, dibuat berbasis arsitektur 65 nm dengan inti Conroe, prosesor dengan L2 memori sebesar 512 kB ini sebenarnya sudah cukup bertenanga. Namun setiap peningkatan sekecil apapun perlu diapresiasi, dan keputusan Intel untuk mengakhiri generasi Celeron D ini pun disambut baik para pemakai prosesor desktop rakitan.
Era Celeron dual core diawali di tahun 2008 dengan menghadirkan Celeron seri E1000. Tidak ada yang berbeda antara E1000 dengan Celeron D kecuali jumlah intinya, karena baik Celeron D dan Celeron E1000 sama-sama memakai arsitektur 65 nm, 512 kB L2 dan FSB 800 MHz. Celeron seri E ini terbagi dalam empat macam kecepatan :
- E1200 (1.6 GHz)
- E1400 (2.0 GHz)
- E1500 (2.2 GHz)
- E1600 (2.4 GHz)
Sadar kalau jajaran awal dari Celeron dual core ini masih kurang ‘garang’, Intel lantas di tengah tahun 2009 merombak arsitektur Celeron dual core dengan manufaktur 45 nm. Artinya, proses pembuatan inti prosesor tak ada bedanya dengan semua produk Intel dual core berkode Wolfdale seperti Pentium E5000/E6000 ataupun Core2 Duo E7000/E8000. Intel menamai Celeron 45nm ini dengan nama E3000, karena seri E2000 sudah terisi oleh produk Pentium dual core ekonomis (yang awalnya sempat dianggap sebagai Celeron killer). Kini seri E2000 sudah mulai langka dan anda yang berminat akan Pentium dual core bisa menjajal E5000 yang kelasnya setingkat diatas Celeron E3000 yang akan kita bahas ini.
Sementara ini tersedia dua pilihan untuk Celeron E3000 yaitu :
- E3200 (2,4 GHz)
- E3300 (2.5 GHz) lihat screenshot berikut ini, CPUz mengenali E3300 sebagai Core2 duo !
Hal utama yang menjadi daya tarik Celeron E3000 ini (dibanding E1000 ataupun Celeron D) adalah peningkatan signifikan pada L2 memorinya. Setelah lama mempertahankan memakai L2 512 kB, Intel akhirnya memutuskan meningkatkan memori L2 di Celeron E3000 ini menjadi 1 MB. Berkat pemakaian arsitektur 45 nm, Intel Celeron E3000 ini bisa menjaga TDP di kisaran 65 W, tidak mengalami peningkatan dibanding seri E1000. Meski sama-sama bermain di FSB 800 MHz, Celeron E3000 ini bahkan lebih unggul dari Pentium E5000 dalam hal teknologi Intel VT, dimana pada E5000 fitur ini absen alias tidak ada. Namun tentu E5000 unggul dalam hal memori L2 yang mencapai 2MB, bahkan E6000 punya FSB 1066 MHz yang sejajar dengan Core 2 Duo. Kabarnya, E3000 ini jeroannya persis sama seperti E5000, hanya saja L2 memorinya ‘dimatikan’ setengah.
Ada harga ada kualitas. Kalau anda berharap dengan harga 50 dolar Celeron E3000 ini bakal punya FSB 1066 MHz dan L2 sebesar 2 MB, rasanya kok masih terlalu muluk. Tapi bayangkan, sebuah prosesor berarsitektur 45nm, memakai dua inti, berkecepatan 2,4 – 2.5 GHz, punya L2 memori sebesar 1 MB, dan FSB 800 MHz dengan harga 50 dolar, apakah anda akan menolaknya hanya karena dia bernama Celeron? Rasanya E3000 ini sudah sangat best-buy dan mampu mengalahkan prosesor dengan harga jutaan rupiah di masa lalu, katakanlah seperti Pentium 4 ataupun Pentium D berteknologi net-burst yang kuno. E3000 ini sudah cukup memadai untuk komputasi ringan hingga sedang, punya TDP yang cukup rendah, dan diatas kertas mampu mengungguli Pentium E2000 dan Celeron E1000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar